Celoteh Open-Source

Posted on 08. Oct, 2008 by in ICT, Teknopreneur

Beberapa bulan yang lalu, tim saya yang sedang mengembangkan sebuah game mendapat teguran dari distributor perangkat lunak grafis yang sangat terkenal di dunia. Saat itu memang kami mengembangkan game menggunakan perangkat lunak bajakan dan berencana membeli lisensinya ketika produk siap masuk ke pasar.

Teguran yang datang “terlalu awal” dan sikap kurang kooperatif yang ditunjukkan sang distributor membuat kami mencari alternatif lain. Akhirnya solusi yang kami pilih adalah beralih menggunakan perangkat lunak open-source. Pilihan ini berarti kami harus siap dengan risiko penurunan kualitas dan mundurnya waktu penyelesaian karena kebutuhan adaptasi dan proses penguasaan tim desain.

Namun, ternyata terbukti jika pilihan tersebut sangat tepat, selain berhemat jutaan rupiah, produk yang dihasilkan pun memiliki keunikan yang sangat tinggi tanpa penurunan kualitas. Meski pun memang waktu penyelesaiannya jauh lebih panjang dari yang direncanakan.

Saya juga sempat ngobrol dengan seorang rekan bisnis via YM. Dia bercerita tentang rencananya membangun sebuah bisnis warung internet yang menggunakan linux dan berbagai perangkat lunak open-source lainnya. Sudah tentu dia telah berhitung dengan risiko harus bersaing dengan warnet konvensional, dengan perangkat lunak berlisensi, yang lebih akrab digunakan konsumen.

Obrolan kami pun sampai pada pencarian sebuah model bisnis baru sebagai strategi bersaing dengan warnet konvensional sekaligus mengembangkan warnet open-source. Ide gila menggratiskan penggunaan internet pun muncul, solusinya adalah dengan mengupayakan pendapatan dari produk lain.

Ide serupa banyak dilakukan penerbit tabloid iklan atau majalah komunitas, pernah juga saya coba di bisnis perdana saya yaitu penerbitan koran gratis, yang mengandalkan pendapatan sepenuhnya dari iklan. Sayangnya model bisnis ini hanya berhasil jika pelanggan yang dimiliki memiliki nilai jual di mata pengiklan. Untuk kasus warnet open-source ini, saya dan rekan saya belum menemukan model bisnis yang cukup inovatif dan mungkin dilakukan.

Open-Source Pun Punya Nilai Bisnis

Gaung open-source telah bergema di mana-mana di seluruh belahan dunia, bahkan perusahaan-perusahaan besar sekelas IBM, Intel, HP, dan Asus pun turut memberi perhatian terhadap gelombang “maju bersama siapa saja” ini. Kepedulian perusahaan-perusahaan tersebut bukan tanpa sebab, meski sifat utama open-source adalah gratis bukan berarti tidak memiliki peluang bisnis yang besar.

Lihat saja yang berhasil dicapai Red Hat, Inc. sebuah perusahaan terkemuka di dunia dalam solusi dan layanan open-source. Pada tahun 2007 yang lalu, total pendapatan yang berhasil dibukukan perusahaan ini adalah sebesar 400.6 juta US dolar, meningkat sebesar 44% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut diperoleh keuntungan bersih sebesar 59.9 juta US dolar.

Peluang bisnis open-source di Indonesia pun masih sangat besar dan terbuka lebar. Terus bertumbuhnya pengguna komputer berarti juga tumbuhnya kebutuhan perangkat lunak. Penegakan UU HKI secara tegas membuat penggunaan perangkat lunak bajakan terus terdesak dan pilihan paling masuk akal adalah beralih menggunakan perangkat lunak open-source.

Pertumbuhan positif penggunaan perangkat lunak open-source menumbuhkan peluang-peluang bisnis berikutnya, mulai dari layanan instalasi, layanan teknis, pelatihan, hingga kustomisasi perangkat sesuai kebutuhan konsumen. Penyediaan layanan dan solusi terintegrasi untuk perusahaan yang akan menggunakan open-source adalah salah satu bisnis yang mungkin dijalankan dan memiliki potensi pasar yang luar biasa besar.

Kita telah ketinggalan di era perangkat lunak berlisensi, jangan lagi tertinggal di era open-source ini.

Tags: ,