Minyak Mahal, Untung Besar
Posted on 08. May, 2008 by maz in Energi, Migas
Pemerintah Indonesia baru saja mengumumkan akan menaikkan harga jual BBM subsidi (premium dan minyak tanah) hingga 30%. Kenaikan harga minyak dunia yang mencapai 120 dolar per barel yang ditunjuk jadi tersangka penyebabnya. Yah, kita memang dipaksa untuk terus terbiasa dengan krisis.
Sementara itu, di beberapa negara yang masuk jajaran penghasil minyak terbesar justru sedang tersenyum lebar dengan kenaikan harga minyak dunia karena berarti keuntungan yang masuk kas makin besar. Dengan melonjaknya harga minyak dunia ke level saat ini, Kuwait memperoleh keuntungan mencapai 103 dolar per barel atau sebesar lebih dari 600% untuk penjualan minyaknya. Keuntungan yang besar juga diperoleh negara-negara tetangganya seperti UAE, Saudi Arabia, dan Qatar.
NEGARA |
BREAK-EVEN PRICE PER BAREL (USD) |
KEUNTUNGAN PER BAREL (USD) |
PROSENTASE KEUNTUNGAN |
Kuwait |
17 |
103 |
606% |
UAE |
25 |
95 |
380% |
Saudi Arabia |
30 |
90 |
300% |
Qatar |
30 |
90 |
300% |
Bahrain |
40 |
80 |
200% |
Oman |
40 |
80 |
200% |
Saya coba menghitung keuntungan yang diperoleh Arab Saudi setiap tahunnya jika seluruh produksi minyaknya yang mencapai 12.5 juta barel per hari dijual seluruhnya. Nilainya mencapai 405 miliar dolar AS atau Rp 3.645 triliun per tahun (dengan kurs Rp 9.000,- per dolar AS). WOW!
Sayangnya, Pemerintah Indonesia bilang negara kita ini bukan lagi eksportir minyak tetapi importir, meskipun saat ini kita hidup di atas cadangan minyak. Apa kata dunia!
2 Comments
Oskar
09. May, 2008
Ngapain ngelempar minyak ke dalam negeri kalau minyak dilempar di luar negeri dihargain lebih mahal? Gitu-gitu pemerintah juga butuh duit buat beroperasi kan 🙂
Cabut semua subsidi lah kecuali subsidi minyak tanah (penghematan cuma 3T walau sudah dinaikan 30-50%). Biar seluruh mobil pribadi pakai Pertamax dan angkot atau kendaraan umum memakai Premium.
Kalau pake kartu2an (seperti yg direncanakan saat ini) bakalan banyak sekali kebocoran. Itu penyusun kebijakan kayak ga tau Indonesia aja (atau justru tau makanya dibikin kebijakan seperti itu agar banyak yg bisa bermain di belakang?)
maz
09. May, 2008
@ Oskar: Kartu emang ngga riil, bank besar di Indonesia aja ngga ada yg pernah nanganin pemegang kartu sampe angka puluhan juta.
Sayangnya beban pencabutan subsidi tidak berani ditanggung para pejabat juga dengan melakukan gerakan efisiensi.