Triliun Dari Kaleng
Posted on 18. Apr, 2008 by maz in Inovasi, Teknopreneur
Anda sering meminum Coca-Cola? Tahukah Anda bahwa Coca-Cola merupakan merek dagang dengan nilai paling tinggi di dunia? Minuman ringan asal Amerika Serikat tersebut selama empat tahun berturut-turut dinobatkan sebagai merek paling mahal di dunia oleh perusahaan konsultan merek internasional Interbrand. Merek dagangnya diperkirakan bernilai 67,5 miliar dollar Amerika.
Ada satu fakta luar biasa lagi yang mungkin tidak Anda sadari terkait merek dunia yang satu ini, setiap kali Anda membeli sekaleng Coca Cola berarti Anda turut memberikan pendapatan sebesar 0.1 sen kepada seorang inventor yang mempatenkan sistem pembuka kaleng. Selama masa perlindungan dan lisensinya, penemuan yang diberi nama Ring-Pull Cans itu telah memberi pemasukan rata-rata sebesar 148 ribu poundsterling per harinya atau sekitar Rp 1 trilun dalam setahun.
Satu lagi fakta yang menjadi bukti sebuah paten hasil inovasi dapat memberikan nilai yang sangat besar jika mampu bertemu secara tepat dengan kebutuhan pasar. Sekaligus juga sebuah bukti sebuah perusahaan akan memperoleh nilai tambah saat memanfaatkan paten hasil inovasi secara tepat.
Lagi-lagi kali ini saya tertarik membicarakan soal paten, tetapi bukan tentang sedikitnya jumlah paten lokal yang didaftarkan melainkan tentang mengoptimalkan informasi tentang paten. Karena ternyata jika kita rajin berjalan-jalan di mesin pencari di internet untuk mengakses berbagai informasi paten, sangat banyak tambang emas di sana.
Informasi Paten Sebagai Aset
Salah satu hal yang dapat dioptimalkan seorang teknopreneur dari informasi paten adalah aset awal dalam sebuah proses inovasi yang akan dilakukannya. Seringkali sebuah proses inovasi atau riset sebuah produk baru mengabaikan pencarian informasi paten yang sudah ada terkait inovasi tersebut. Yang terjadi adalah kita “menemukan” sesuatu yang sudah ditemukan orang lain atau lebih dikenal sebagai “re-inventing the wheel”.
Seorang teknopreneur akan memperoleh hasil inovasi yang maksimal jika memulai proses inovasi itu dari mengumpulkan informasi paten terkait sebanyak-banyaknya. Selanjutnya, seperti seorang dokter, melakukan pembedahan dan mempelajari secara mendalam hasil-hasil inovasi yang sudah ada. Menemukan kelebihan, kekurangan, dan ciri-ciri khususnya.
Proses berlanjut dengan merangkai kembali kumpulan informasi tersebut dengan melakukan perbaikan terhadap kekurangan yang ada dan menyadur kelebihan dari inovasi sejenis. Tentu juga ditambah dengan konsep awal dari sang teknopreneur. Ternyata proses seperti inilah yang dilakukan perusahaan-perusahaan teknologi dan otomotif Jepang, Korea, dan Cina. Saya setuju dengan pernyataan Melly Goeslaw tentang kreativitasnya dalam mencipta lagu, “Setiap pencipta lagu pasti dipengaruhi oleh lagu-lagu karya orang lain yang pernah didengarnya”. Serupa itu pula lah inovasi seorang teknopreneur.
Memanfaatkan Paten Gratis
Satu lagi peluang yang dapat dimanfaatkan teknopreneur dari sistem dan informasi paten adalah dari paten yang telah habis masa perlindungannya atau tidak membayar biaya tahunan perawatan paten di Indonesia. Paten seperti ini dikategorikan telah menjadi public domain dan berarti siapa pun berhak memanfaatkannya secara gratis termasuk untuk tujuan komersial. Di Indonesia, terdapat lebih dari 2.000 paten yang sudah menjadi domain publik karena alasan-alasan di atas.
Salah satu contohnya adalah Water level regulating device for paddy field yang ditemukan oleh Taisuke Hashimoto, dkk. Paten mereka didaftarkan di Amerika Serikat dengan nomor 6.132.139. Penemuan ini di Indonesia masuk domain publik. Tentu akan diperoleh nilai tambah jika para teknopreneur di bidang agrobisnis memanfaatkan penemuan ini dan mengaplikasikannya secara gratis.
Nah, mulai sekarang mari terus membuka mata terhadap peluang dari informasi paten. Mudah saja, salah satunya tinggal mengakses www.google.com/patents.
2 Comments
Adie
23. Apr, 2008
Wah.. hrs di posting webnya ITB juga nih, supaya bisa memacu salah satu institut teknik terkemuka di Indonesia utk “patent minded”… krn mrk cuma punya paten yg bisa dihitung dengan sebelah tangan..
btw webnya ok, tulisannya juga ok…
tapi foto siluet itu seperti mencerminkan rasa percaya diri yg sedikit, n ngga enteng jodo hehehe
maz
23. Apr, 2008
@ Adie: Thanks ya. koreksi dikit, ITB punya paten yg udah didaftar lebih dari 70 dan yang udah dapet sertifikat kalo ngga salah tujuh, jadi harus pake dua tangan :D.
Nyari jodonya yang pake siluet juga, hehe