Sajak Sebatang Lisong

Posted on 07. Aug, 2009 by in Puisi

Menghisap sebatang lisong

Melihat Indonesia Raya

Mendengar 130 juta rakyat

Dan di langit

Dua tiga cukung mengangkang

Berak di atas kepala mereka

Matahari terbit

Fajar tiba

Dan aku melihat delapan juta kanak–kanak

Tanpa pendidikan

Aku bertanya

Tetapi pertanyaanku

Membenturi meja-meja kekuasaan yang macet

Dan papantulis–papantulis para pendidik

Yang terlepas dari persoalan kehidupan

Delapan juta kanak–kanak

Menghadapi satu jalan panjang

Tanpa pilihan

Tanpa pepohonan

Tanpa dangau persinggahan

Tanpa ada bayangan ujungnya

Menghisap udara yang disemprot deodorant

Aku melihat sarjana–sarjana menganggur

Berpeluh di jalan raya

Aku melihat wanita-wanita bunting

Antri uang pensiun

Dan di langit

Para teknokrat berkata:

Bangsa kita adalah bangsa yang malas

Bahwa bangsa mesti dibangun

Mesti di up-grade

Disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

Gunung–gunung menjulang

Langit pesta warna di dalam senjakala

Dan aku melihat

Protes terpendam

Terhimpit di bawah tilam

Aku bertanya

Tetapi pertanyaanku

Membentur jidat para penyair salon

Yang bersajak tentang anggur dan rembulan

Sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya

Dan delapan juta kanak–kanak tanpa pendidikan

Termangu–mangu di kaki dewi kesenian

Bunga–bunga bangsa tahun depan

Berkunang–kunang pandang matanya

Di bawah iklan berlampu neon

Berjuta–juta harapan ibu dan bapak

Menjadi gemalau suara yang kacau

Menjadi karang di bawah muka samudra

Kita mesti berhenti membeli rumus–rumus asing

Diktat–diktat hanya boleh memberi metode

Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan

Kita mesti keluar ke jalan raya

Keluar ke desa–desa

Menghayati sendiri semua gejala

Dan menghayati persoalan yang nyata

Inilah sajakku

Pamplet masa darurat

Apakah artinya reta-reta kesenian

Bila terpisah dari derita lingkungan

Apakah artinya berpikir

Bila terpisah dari masalah kehidupan

RENDRA