Dari Dua Kota Sultan
Posted on 24. Jan, 2009 by maz in Bisnis, UKM
Beberapa tahun yang lalu saya pernah berkeliling pusat-pusat UKM di Yogyakarta dan Solo. Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Universitas Gajah Mada.
Dari hasil diskusi dengan beberapa orang di kampus tertua di Indonesia ini diperoleh pandangan bahwa perkembangan ekonomi Kota Yogyakarta berlangsung cukup menarik. Yogyakarta, yang disebut sebagai “desa besar” bukan “kota kecil”, direncanakan menjadi kota wisata dan pendidikan di tahun 2007, yang berarti penggerak ekonomi di kota ini diarahkan berasal dari sektor jasa. Namun pola hidup masyarakatnya yang cenderung konsumtif bukan produktif mengakibatkan sebagian besar bisnis baru yang tumbuh di kota ini dikuasai oleh investor-investor luar Yogyakarta.
Selain itu, turunnya pendapatan per kapita masyarakat ternyata tidak mempengaruhi daya beli masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan tersier seperti handphone dan televisi. Kecenderungan ini tidak hanya terjadi di Kota Yogyakarta tetapi juga kota-kota kecil lain di sekitarnya termasuk wilayah-wilayah pedesaan.
Selanjutnya saya sempat juga memperhatikan geliat bisnis di Pusat Kerajinan Perak di Kota Gede, Pusat Kerajinan Gerabah di Kasongan, Museum Batik Danar Hadi di Solo, Pusat Kerajinan Batik Laweyan, dan Pasar Klewer yang juga di Solo.
Terlihat sekali sistem cluster yang diterapkan dalam bentuk pusat kerajinan memberikan nilai tambah bagi pengrajin, misalnya saja mempermudah calon konsumen potensial untuk bertransaksi. Apalagi jika dibarengi dengan dukungan manajemen dan sistem bisnis yang profesional seperti yang tampak di Danar Hadi, Galeri Harto di Kota Gede, dan Rumah Koe di Laweyan. Di tempat-tempat tersebut, pusat kerajinan bukan hanya lokasi produksi tetapi disulap menjadi lokasi wisata. Di sini peran pihak ketiga diperlukan untuk mendukung manajemen, desain, pengemasan, pemasaran, dan lain-lain.
Daya tarik pusat-pusat kerajinan adalah keelokannya yang muncul dari kemampuan menjaga tradisi. Namun bukan berarti memberi label haram untuk masuknya inovasi-inovasi baru baik dalam produk atau manajemen. Jika tidak begini, bisa jadi UKM-UKM di tanah air akan setia berlabel kecil selama puluhan tahun.