[R]Evolusi Informasi
Posted on 13. Nov, 2008 by maz in ICT, Teknopreneur
Pada era 80-an, manusia tidak dapat bekerja tanpa listrik. Memasuki era 90-an, manusia tidak dapat bekerja tanpa komputer. Di era milenium, manusia tidak dapat bekerja tanpa internet dan telepon seluler. Tidak salah jika dikatakan ketergantungan manusia terhadap teknologi semakin tinggi.
Pada awalnya, sebuah teknologi dikembangkan untuk membantu pekerjaan manusia, artinya teknologi memiliki persyaratan harus sesuai dengan budaya manusia. Tapi tren terkini menunjukkan kecenderungan sebaliknya. Seringkali manusia harus mengalami perubahan budaya akibat kuatnya pengaruh teknologi.
Misalnya saja teknologi mp3 player atau iPod yang membuat manusia cenderung menyendiri meski pun berada di tengah sebuah keramaian. Ruang-ruang sosialisasi pun berpindah ke layar monitor melalui facebook atau friendster. Bahasa komunikasi surat yang cenderung formal bergeser menjadi lebih praktis demi menyesuaikan dengan kebiasaan penggunaan SMS atau IM (instant messaging). Dan masih banyak lagi contoh revolusi budaya yang terjadi akibat cepatnya perkembangan teknologi.
Teknologi berlari sedemikian cepatnya, sehingga manusia pun tidak lagi dapat melakukan adaptasi melalui evolusi tetapi harus melakukan revolusi. Kebodohan tidak terjadi karena buta huruf, tetapi sudah naik level menjadi buta teknologi atau buta digital.
Budaya Baru Akses Informasi
Revolusi yang telah terjadi dan akan semakin cepat menular adalah revolusi budaya masyarakat dalam memperoleh akses informasi. Yang pertama adalah budaya keterbukaan informasi. Ketika kita sudah memutuskan untuk menghubungkan diri kita secara online melalui internet, sebetulnya saat itu pula kita telah menyetujui klausul keterbukaan informasi.
Nyaris tidak ada lagi informasi yang bisa ditutup-tutupi dalam dunia internet. Segala macam informasi dapat ditelusuri secara mudah dan cepat tanpa batas wilayah dan waktu. Mesin pencari Google mampu menghubungkan dengan beragam sumber informasi sesuai kebutuhan. Tugas manusia adalah memilah kebenaran informasi-informasi tersebut.
Yang kedua adalah budaya memberi dan menikmati. Para pengakses informasi di dunia maya sudah bertransformasi menjadi prosumer – produser sekaligus konsumer informasi. Kini, informasi tidak lagi hanya dapat dihasilkan oleh sebuah perusahaan media, namun para pembacanya pun secara aktif menyampaikan beragam informasi, yang terkadang dengan analisis lebih mendalam.
Yang ketiga adalah budaya informasi real time. Kebutuhan akan informasi di suatu siang tidak dapat lagi menunggu berita sore di televisi atau malah besok pagi di surat kabar. Sudah menjadi kebiasaan para pengguna internet, ketika membutuhkan sebuah informasi maka seketika itu pula pencarian dilakukan melalui search engine atau berkunjung ke situs-situs langganannya.
Apalagi jika telepon selulernya telah mampu melakukan akses internet, maka jari-jari pun bergerak di ponsel untuk mencari informasi yang dibutuhkan saat itu juga.
Yang terakhir adalah budaya informasi gratis. Sepertinya internet memang dibangun dengan desain awal gratis untuk beragam hal. Hampir semua informasi dapat diperoleh secara gratis, kalau pun harus membayar, biayanya jauh dibandingkan jika harus membeli bertumpuk-tumpuk buku.
Revolusi budaya dalam akses informasi ini menjadi tantangan sekaligus peluang baru bagi para penyedia informasi (dan para penikmat informasi – prosumer). Mereka harus inovatif mencipta model bisnis baru untuk bertahan dan bahkan menjadi jawara di dunia baru ini. Jangan lupa juga, harus dipastikan bahwa inovasi yang dilakukan berjalan lebih cepat dari revolusi budaya yang terjadi.
One Comment
Research by Catamire » Internet dan Budaya Prosumer
17. Apr, 2009
[…] http://www.nginter.net/2008/11/13/revolusi-informasi/ […]